Friday, November 16, 2012


KESAN PILOT SUKHOI TNI AU DALAM PITCH BLACK 2012


ANGKASA-(IDB) :Dalam latihan udaraPitch Black 27 Juli-13 Afustus lalu di Australia, penerbang dan jet-jet Sukhoi Su-27/30 FlankerTNI AU dianggap sebagai rekan berlatih utama dan tamu kehormatan. Kehadiran pesawat tempur buatan Rusia yang amat disegani Barat ini sudah diharapkan sejak lama. Australia, AS dan sejumlah negara ingin sekali melihatnya dari dekat dan mengajaknya berlatih bersama. Ajakan itu akhirnya dipenuhi Indonesia dalam Pitch Black ke-12 yang baru saja berakhir. Tim Indonesia dipimpin langsung oleh Wakasau Marsda TNI Dede Rusamsi.
 
Kini, ketegangan AU Australia terhadap pesawat-pesawat tempur buatan Rusia itu sudah mencair. Kerjasama lebih jauh dengan TNI AU tampaknya juga mulai terbuka lebar. Mereka puas bisa berlatih bersama, terlebih karena jet andalan mereka F/A-18F Super Hornet AU Australia bisa "duel" di langit Tindal dan Darwin. Pemandangan langka ini disaksikan peserta tetap Pitch Black, yakni Korp Penerbangan Marinir AS, AU Thailand, AU New Zealand, dan AU SingapuraSelain Super Hornet dan Flanker, ikut berlatih juga di sini di antaranya: F-16 Fighting Falcon, F/A-18 Hornet, F-15 Eagle, dan AP-3C Orion.

Lalu apa kata penerbang jet Sukhoi Indonesia, yang semestinya juga menganggap latihan udara bersama ini sebagai pengalaman yang amat berharga? "Walau skalanya tidak sebesar Red Flag, latihan ini tampak direncanakan, dikelola dan dilaksanakan dengan sangat baik. Mereka memanfaatkan semua sumber yang ada dan dimiliki partisipan, sehingga latihan seperti real," ungkap Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb. Untung Suropati kepada Angkasa. Red Flag yang ia sebut adalah latihan pertempuran udara madya yang rutin dilakukan AU AS di Alaska dan Nevada.

Ditambahkan, walau TNI AU sering berlatih operasi udara semacam ini, namun skala dan kompleksitas Pitch Black telah menambah wawasan, pengetahuan serta bekal yang lain bagi penerbang TNI AU. Mereka kini tahu seperti apa operasi gabungan skala besar multi-nasional. Untuk itu kesempatan ini sebaiknya memang diberikan juga kepada skadron udara lain.

Adakah kesan khusus terhadap F/A-18F Super Hornet, yang disandingkan sebagai "lawan tanding" Su-27/30? "Pesawat ini bagus. Thrust (daya dorong mesin) dan avioniknya jauh lebih baik dari Hornet yang klasik (F/A-18 Hornet). Tetapi untuk bisa maksimal, tetap kembali pada pilotnya. Seberapa terlatih dan seberapa terampil dia bisa memanfaatkan kelebihan yang ada," ungkapnya di sela-sela latihan Flypass 17 Agustus nanti di atas Istana Negara, Jakarta.

Syukur kami bisa mengimbanginya. Berkat kerap berlatih dengan radar, RWR,extra thrust; mereka memberi apresiasi dan pengakuan yang luar biasa pada kemampuan BVR (Beyond Visual Rangecombat dan Close Combat yang kami miliki," ujar Untung Suropati.


Sumber : Angkasa

ANALISIS : PERTARUNGAN SUKHOI INDONESIA DALAM PITCH BLACK AUSTRALIA

ANALISIS-(IDB) : Hari-hari ini tepatnya tanggal 27 Juli 2012 sampai dengan 17 Agustus 2012 sedang berlangsung latihan gabungan terbesar angkatan udara 6 negara di ruang udara Australia Utara tepatnya di Air Force Base Tindal dan Darwin.  Yang istimewa dalam latihan gabungan yang diberi kode Pitch Black 2012 ini adalah keikutsertaan Indonesia dengan mengirimkan 4 jet tempur kelas berat Sukhoi yang terdiri dari 2 unit SU27 SKM dan 2 unit SU30 MK2.  Selain Indonesia negara yang mengirim alutsista udaranya adalah tuan rumah Australia, AS, Singapura, Thailand dan Selandia Baru.  Total pesawat yang dilibatkan berjumlah 94 unit.  Begitu istimewanya Indonesia karena seluruh media Australia memberitakan kehadiran Sukhoi sebagai berita utama padahal negara lain seperti Singapura juga membawa jet tempur mutakhirnya F15 SG.
Pelajaran berharga dari war games ini tentu saja akan menjadi dokumen militer yang bernilai tinggi bagi semua negara peserta karena yang bertarung adalah teknologi tempur udara terkini buatan Rusia dan Barat.  Pilot TNI AU diyakini bisa memetik ruang pengalaman tempur yang lebih cemerlang karena menghadapi lawan dari berbagai jenis jet tempur seperti F15 SG dan F16CD dari Singapura, F18 Super Hornet Australia , F18 Hornet AS dan F16 AB Thailand.   Meskipun sifatnya latihan gabungan namun dalam urusan “jurus silat” dan kemampuan dalam teknologi tempurnya tidak harus dikeluarkan seluruhnya.  Karena bisa dipastikan selalu ada upaya intelijen militer untuk mengetahui jeroan teknologi dan persenjataan serta kelemahan jet fighter yang berpartisipasi dalam event ini.
Meski bukan yang pertama pertarungan Sukhoi dengan F15 SG, F16, F18 Hornet dan Super Hornet tetap merupakan kajian yang menarik karena Flanker (sebutan Barat untuk Sukhoi) merupakan jet tempur penuh misteri yang disegani negara-negara Barat.  Sekedar catatan Sukhoi India pernah mengikuti latihan gabungan angkatan udara Red Flag di Nellis AFB Nevada AS tahun 2008.  Kurikulum latihan pada Red Flag menjadi acuan dalam latihan gabungan angkatan udara Pitch Black 2012 yaitu  air lift, air to air combat, surface attack, deep interdiction, close air support, airborne early warning and control, air to air refuelling, tactical air transport. 
Biasanya tim dibagi menjadi dua dengan berbagai jenis jet fighter berbagai negara peserta.  Dari semua jenis latihan itu tentu “mata pelajaran” pertempuran udara merupakan ujian paling bergengsi, paling mendebarkan sekaligus membanggakan.  Kemampuan teknologi radar sebuah jet tempur dalam mendeteksi dan mencium pergerakan jet tempur lawan dan kemampuan pilotnya bermanuver menjadi kunci kemenangan dalam memperebutkan superioritas udara.  Tetapi dalam banyak event latihan gabungan justru kemampuan radar ini dimatikan karena khawatir dijamming atau dikunci oleh pesawat “tidak dikenal” yang biasanya selalu mengintip dan mengamati latihan ini.
4 Sukhoi TNI AU dikawal 2 Hornet RAAF diatas Darwin
Seperti diketahui Australia juga menyertakan pesawat early warning system Boeing737 Wedgetail yang dikenal sebagai radar terbang paling canggih. Wedgetail bisa menjadi pesawat komando pengendalian, peringatan dini, jammer dan penyedia komunikasi anti sadap.  Pesawat ini mampu mendeteksi 3000 sasaran dengan radar utama tipe electronically scanned array segala cuaca dengan radius pengamatan 300 mil laut dari ketinggian 30.000 sampai 40.000 kaki. Tentu mereka akan memaksimalkan kemampuan teknologi intip mengintipnya pada latihan gabungan angkatan udara 6 negara ini.

Jet tempur Sukhoi SU27 SKM dirancang memiliki kemampuan sergap superioritas udara dengan jelajah jarak jauh.  Selain keunggulan udara jet tempur ini dengan kemampuan multiperannya mampu melakukan serangan terhadap sasaran di darat dengan peluru kendali atau bom pintar.  Teknologi tempur Sukhoi 27 SKM dari pabriknya Knaapo di  Rusia  sangat menggentarkan karena mampu membawa rudal udara ke udara RVV-AE active radar homing, rudal udara ke permukaan KH- 29T(TE), KH-29L, KH-31P, KH-31A dan bom pintar jenis KAB 500Kr dan KAB-1500Kr. Sukhoi SU 27SKM dan SU30 MK2 telah dilengkapi dengan instrumen isi ulang BBM di udara sehingga kemampuan jelajah tempurnya semakin jauh. 
Dengan sekali isi ulang avtur Sukhoi SU27 SKM dan SU30 MK2 mampu mencapai jelajah 5400 km, sebuah jelajah tempur yang menakjubkan.  Instrumen avionik di kokpit berupa layar kaca MLD (Multifunction Liquid-crystal Display) dan HUD (Head Up Display).  Sistem navigasi terintegrasi dengan sistem satelit Glonass dan Navstar demikian juga dengan RWR (Radar Warning Receiver) yang berfungsi mengendalikan tembakan rudal anti radiasi KH-31P.  Penggunaan IRST (Infrared Search and Track Device) yang mampu menembakkan rudal laser beam riding sudah tersedia di Sukhoi SU27 SKM.
Teknologi tempur yang dikandung pada Jet tempur Sukhoi SU27 SKM dan SU30 MK2 mampu mendeteksi, mengunci dan menyerang sasaran 360 derajat dengan segala cuaca. Cantelan beragam persenjataan Sukhoi mampu menggotong sampai 12 jenis senjata mulai dari rudal udara ke udara, rudal udara ke darat, roket dan bom.  Selain kemampuan serang darat yang dimiliki Sukhoi SU30 MK2 perbedaan lain yang membedakan keduanya adalah SU27 SKM memiliki 1 kursi pilot sedangkan SU30 MK2 memiliki 2 kursi pilot.  Kecanggihan teknologi Sukhoi tentu mampu menyetarakan kemampuan pilot TNI AU dengan pilot jet tempur canggih lainnya seperti F15 SG Singapura dan Super Hornet Australia.
Berbagai jenis pesawat yang disertakan dalam latihan ini mencerminkan betapa bergengsinya pitch black ini.  Selain jet tempur Australia menyertakan pesawat angkut C17 dan C130 serta Wedgetail AEW&C.  Singapura mengikutkan pesawat KC-135 Refulling Aircraft dan Gulfstream G550 sementar Indonesia mengirim 2 Hercules.  Diantara semua negara peserta hanya Selandia baru yang tidak mengirim jet tempurnya karena seperti kita ketahui mereka tidak memiliki jet tempur.  Mereka hanya mengirim pesawat angkut dan beberapa perwira AU sebagai pengamat.  Dan ini sebagai bentuk penghormatan Australia pada negeri tetangganya yang sama-sama memiliki wajah Eropa di geografi Asia Pasifik.
Latihan gabungan antar negara diharapkan mampu memberikan kualitas pengalaman bagi personil militer masing-masing negara terutama dalam mengadopsi dan eksperimen teknologi terkini di medan latihan.   Kehadiran Sukhoi di Pitch Black adalah dalam rangka itu disamping menjalani diplomasi militer tentunya.

ANALISIS : WASPADAI TAWARAN HIBAH F-16 AS TAHAP KEDUA


AIR F 16s USAF Kujerat Kau dengan Pesawat F 16
F-16 Block 52 US
JKGR-(IDB) :Ketika Indonesia mulai serius membangun armada pesawat tempur Sukhoi, datanglah godaan dari Amerika Serikat yang menawarkan pesawat tempur F-16 eks USAF dengan harga miring. Indonesia ditawarkan “hibah” 30 unit F-16 Blok 32++ / 52 dengan hanya membayar biaya retrofitnya. Ditambah dengan pesawat F-16 RI yang sudah ada, total F-16 yang akan dimiliki TNI sebanyak 40 unit atau 2 skuadron plus.
 
Tentu senanglah Indonesia mendengar kabar ini dan akhirnya menyetujui penawaran dari Amerika Serikat tersebut. Kini pesawat-pesawat itu sedang diretrofit di AS, untuk kemudian dikirim ke Indonesia.

Tidak itu saja, persenjataan F-16 juga akan dipercanggih dengan hadirnya rudal AIM-120 Advanced Medium-Range Air-to-Air Missile, AMRAAM.

Kehadiran F-16 ini adalah untuk mengganti F-5 tiger yang akan dipensiunkan pada tahun 2020 nanti. 

Pembelian F-16 eks USAF ini menarik, karena mulai mengubah arah pembelian alutsista Indonesia. Indonesia yang tadinya meninggalkan pembelian alutsista ke AS karena trauma diembargo, mulai masuk “pelukan” AS kembali. 

Apakah ini menguntungkan ?. Tergantung negara mana yang dianggap berpotensi sebagai ancaman oleh Indonesia. Jika Australia dan Malaysia, mungkin tidak banyak manfaatnya bahkan bisa dikatakan negatif.

Kedua negara tersebut memiliki F/A- 18 Hornet/ Super Hornet. Australia yang merupakan sekutu AS, akan tertawa lebar. Australia akan mudah memetakan kelemahan F-16 Indonesia dengan pasokan data dari AS. Lebih parah lagi Australia sedang memesan 72 jet tempur F-35 Lightning II.
Bisa jadi F-16 itu nantinya tidak dianggap ancaman oleh Australia, karena secara hitungan di atas kertas, bisa netralisir.

Belum lagi jika terjadi konflik antara Indonesia dan Australia. 

Kira kira negara mana yang akan didukung oleh AS ?. Australia merupakan Sekutu abadi AS dalam setiap peperangan dan juga sama-sama Anglo Saxon. Apakah Indonesia tidak kapok dan jera dengan embargo yang dilakukan AS ?. 

Dengan demikian apa keuntungan Indonesia yang mulai bergeser membeli pesawat dari AS ? 

f 16 52 Kujerat Kau dengan Pesawat F 16
F-16 Block 52
Proyeksi Indonesia yang membangun kekuatan udara dengan berkiblat ke Rusia sebenarnya mulai disegani oleh negara lain. Sampai-sampai Australia bolak-balik mengajak TNI AU berlatih perang udara, demi mengetahui karakter pesawat SU 27 dan SU 30.
 
Jika pesawat tempur Indonesia berkiblat ke AS, tentu tidak akan bisa menyaingi Australia dari sisi jumlah pesawat, maupun kualitas. Bisa jadi hal yang sama terjadi dengan Malaysia.

Di sisi lain, Australia tidak mungkin membeli pesawat tempur dari Rusia, karena kedekatannya yang amat sangat dengan AS.

Kelemahan posisi politis Australia itulah yang seharusnya dieksplor oleh Indonesia untuk menjadi keuntungan bagi TNI AU. 

Sebelum adanya tawaran “hibah” F-16 dari AS, para petinggi TNI berencana memiliki SU-35 BM. Semoga proyeksi pembelian SU 35 BM tidak berubah karena tawaran “hibah” pesawat usang dari AS, sehingga Indonesia terancam berada dibalik ketiak Australia.

Ada satu hal yang mencengangkan dari latihan tempur Pitch Black 2012 di Australia. 

Selama ini militer dan pakar militer Australia terus memantau pesawat tempur sukhoi dengan berbagai variannya. hasilnya secara overall, mereka menilai F/A 18 Hornet dan Super Hornet Australia tidak bisa mengimbangi kemampuan Sukhoi dari seluruh varian yang ada. 

Untuk itu militer Australia mengatur agar pensiun F/A- 18 dipercepat, dengan alasan boros secara operasional. 

Para pakar militer Australia mencoba berpikir bagaimana meng-upgrade kemampuan F/A -18 sebelum datangnya 72 jet tempur F-35 Lightning II yang dipesan ke AS.

Hasilnya cukup menggembirakan buat RAAF (Royal Australian Air Force). Untuk pertarungan jarak jauh F/A- 18 Australia memenangkan peperangan karena dibantu AWACS dalam melacak posisi Sukhoi Indonesia. Namun dalam pertarungan jarak pendek/ dog fight, Sukhoi Indonesia mengungguli F/A 18 RI.


su aus2 Kujerat Kau dengan Pesawat F 16
FA-18 Hornet Australia
Hal ini merupakan sukses tersendiri bagi F/A-18 Australia. Biarpun pesawat lawas, namun masih bisa memenangkan pertempuran jarak jauh dengan Sukhoi Indonesia. 
 
Apalagi dalam dunia modern saat ini, akan sulit dijumpai peperangan dog fight antar pesawat. Radar dan rudal pesawat sudah jauh lebih canggih. Pesawat mana yang lebih dahulu mendeteksi posisi lawan, kemungkinan besar menjadi pemenang.
 
Latihan ini juga menunjukkan perang adalah sebuah teater yang membutuhkan kerjasama dari unit-unit lain. F/A – 18 RAAF yang tua dibandingkan SU 27/30, menjadi bergigi karena dibantu AWACS. Pesawat AWACS RAAF membimbing pesawat tempur mereka dalam menemukan posisi Sukhoi Indonesia, sekaligus mencari titik lemahnya. 

Hal ini juga menunjukkan, radar Sukhoi Indonesia masih versi standar dan perlu di-upgrade dengan radar terbaru. Akibatnya pesawat Sukhoi kalah dalam Beyond-visual-Range (BVR).

su30pitcblack Kujerat Kau dengan Pesawat F 16
Indonesia membeli pesawat sukhoi secara bertahap hingga sebentar lagi menjadi satu Skuadron. 

Senjata- senjata Sukhoi akan tiba di kuartal 4 tahun 2012, bersamaan dengan datangnya gelombang pembelian 6 Sukhoi dari Rusia. Akankah Indonesia membiarkan pesawat modern Sukhoi, bertempur sendiri-sendiri tanpa ada battale of management lewat AWACS ? 

Pesawat tempur handal seperti Sukhoi akan menunjukkan kesaktiannya jika digabungkan dengan pesawat AWACS. Pesawat AEW&C atau AWACS berfungsi sebagai pembimbing bagi misil untuk menembak sasaran di luar batas cakrawala (BVR), Electronic Warfare (EW) dan Reconnaissance. Ia menjadi mata dan backbone informasi bagi armada tempur sebuah negara.

Saat ini Indonesia sedang memesan 9 pesawat C-295 dan TNI pun tertarik memesan C-295 versi AEW&C/ AWACS menggunakan budget 2014. Persoalannya adalah, apakah sistem komunikasi yang ada di pesawat Sukhoi Rusia bisa terhubung dengan C-295 Airbus Military ?. Jika ada tantangan, maka akan ada jawaban.

su 27 30 Kujerat Kau dengan Pesawat F 16
Jika Indonesia percaya dengan kemampuan pesawat Sukhoi, maka bangunlah kemampuan Skuadron pesawat itu dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai, ganti haluan politik, maka berganti haluan alutsista pula. 

Kita masih ingat ketika haluan politik berubah dari Presiden Soekarno ke Soeharto, maka haluan alutsista juga berubah. 

Hasilnya….? Kita tidak mendapatkan apa-apa, selain muter-muter gak jelas. 

Negara ini membutuhkan visi yang jelas agar tidak tersesat.